skip to main |
skip to sidebar
TERNYATA KITA KAYA, KENAPA MESTI MENGELUH ?
Rasulullah
pernah menasihati sahabatnya, Tsa’labah: “Kenikmatan sedikit yang
membawa pemiliknya bersyukur kepada Allah adalah lebih baik daripada
kenikmatan yang banyak tetapi tidak membuat pemiliknya bersyukur
kepada-Nya.”
Suatu ketika, seorang laki-laki mendatangi
Seorang Ustadz untuk mengeluhkan kemiskinannya dan berbagai kemalangan
hidup. Sang Ustad tersebut diam seraya menyimak keluhan laki-laki itu.
Usai mendengar segala keluhnya Ustadz itu, lalu bertanya :
“Apa kau mau penglihatanmu diambil Allah dan diganti dengan seribu dinar?” tanya ulama itu kemudian.
“Tidak,” jawab laki-laki itu.
“Apa kau mau menjadi orang bisu dengan imbalan seribu dinar?”
“Tidak.”
“Apa kau mau kedua tangan dan kakimu buntung untuk mendapatkan dua puluh ribu dinar?”
“Tidak.”
“Apa kau mau jadi orang gila dengan upah Sepuluh ribu dinar?”
“Tidak.”
Ustadz yang bijak itu kemudian berkata, “Jika demikian, apa kau tidak
malu kepada Allah yang telah memberimu karunia yang nilainya melebihi
puluhan ribu dinar, namun kau terus saja mengeluh, tak mau bersyukur?!”
Sahabat, Adalah salah jika kita menyangka bahwa yang disebut nikmat
hanya sebatas materi dan sesuatu yang bersifat lahiriah. Atau, bahwa
yang disebut nikmat adalah apa yang kita minta atau kita harapkan,
kemudian terwujud.
Padahal tidak demikian. Nikmat dan karunia
Allah meliputi banyak hal, baik yang bersifat lahiriah maupun batiniah,
baik yang kita minta atau tidak. Sebab, nikmat yang Allah berikan kepada
kita pada dasarnya bukan berdasar atas permintaan kita, melainkan
karena Allah Mahatahu bahwa nikmat itu memang kita perlukan, sesuai
dengan kebutuhan kita. Allah Mahatahu apa yang kita butuhkan dan apa
yang tidak.
Namun, hal itu kerap tidak kita sadari. Sehingga,
banyak karunia Allah yang tanpa kita sadari kita menikmatinya.
Ketidaksadaran itulah yang membuat kita lalai bersyukur. Kita hanya
berfokus pada apa yang kita minta, tapi lalai pada apa yang ada. Allah
sendiri mengingatkan, Dan kenyataannya, hanya sedikit di antara
hamba-hamba-Ku yang mau bersyukur (Saba’: 13).
Seorang sufi
pernah mengatakan, “Syukur yang paling tinggi adalah bersyukur karena
kita mampu bersyukur.” Sebab, dengan karunia syukur, seseorang dapat
menikmati hidup sepenuh hatinya, segala yang ada akan selalu terasa
cukup
Kebalikan dengan orang yang sulit bersyukur. Yang terasa
adalah kekurangan-kekurangan yang tiada batas. Karunia besar akan
terasa kecil, kekurangan kecil terasa membuat begitu menderita.
SUBHANALLAH
Semoga ALLAH selalu senantiasa berada di dalam kehidupan kita,
menjadikan kita orang yang pandai dalam bersyukur, dan membimbing kita
serta melindungi kita di segala apa yang terjadi di kehidupan kita.
Aamiin...
0 komentar:
Posting Komentar